Posted by : rahmanoviandriani Senin, 16 Mei 2016


Lipatan demi lipatan terus dilakukan Nathan hingga membentuk sebuah pesawat kertas berwarna merah muda yang melambangkan cinta. Tak lupa, ia menulis sesuatu pada pesawat kertas tersebut dengan sebuah kata yang penuh makna, “Paper Plane Of Love”. Sesaat kemudian, ia menerbangkan pesawat kertas tersebut pada pagi hari yang sejuk ini dengan penuh perasaan. “Pesawat kertasku. Semoga setelah aku menerbangkanmu, aku bisa menemukan wanita yang tepat untukku.” ungkapnya setelah menerbangkan pesawat kertasnya.
Selanjutnya, ia seperti biasa melakukan kegiatan rutinnya pada hari minggu yaitu jogging atau lari pagi. Kegiatan ini sudah menjadi kewajiban ketika hari minggu untuk membuat tubuh tetap sehat dan bugar. Sebelum ia lari pagi, yang dilakukannya selalu membuat pesawat kertas dengan tulisan yang sama kemudian diterbangkan dengan harapan agar cepat bertemu wanita yang tepat. Ia sangat yakin jika setiap minggu pagi ia menerbangkan pesawat kertas berwarna merah muda, maka suatu saat nanti harapannya untuk bertemu wanita yang tepat akan terkabul. Sudah 30 menit ia berlari, kini waktunya istirahat untuk sekedar minum air mineral atau duduk santai dengan mendengarkan lagu. Ketika sedang asyiknya santai, ia melihat seorang wanita cantik yang sedang berlari sendirian. Sorot matanya kini tertuju pada wanita itu. Saat wanita tersebut sedang duduk untuk beristirahat, dengan beraninya Nathan menghampiri wanita yang untuk berkenalan.
“Hai, apa kau hanya sendirian?” sapa Nathan sambil tersenyum.
“Seperti yang kau lihat sekarang, aku sendirian saja,” jawabnya lembut.
“Boleh ku temani?” tanya Nathan.
“Tentu saja boleh,” balas wanita itu.
Mendengar jawabannya, Nathan langsung duduk di samping wanita tersebut tanpa ada rasa malu.
“Siapa namamu?” tanya Nathan tiba-tiba.
“Namaku Hanna. Lalu, namamu siapa?” jawab wanita yang ternyata bernama Hanna dan bertanya balik.
“Aku Nathan. Senang berkenalan denganmu,” jawab Nathan yang dibalas senyum manis Hanna.
“Kalau boleh tahu, kau tinggal di mana?” Nathan kembali bertanya.
“Aku tinggal tidak jauh dari sini,” jawab Hanna.
“Benarkah? Kenapa aku tidak pernah melihatmu ya,” ucap Nathan bingung.
“Jelas kau tidak pernah melihatku. Aku baru 2 hari pindah rumah di kota ini,” jelas Hanna.
“Artinya kau belum banyak mengenal orang di sini. Bagaimana kalau kita berteman?” tawar Nathan.
“Baiklah.” jawab Hanna singkat.
Selesai dengan obrolan mereka, Nathan pun memutuskan untuk mengantar Hanna ke rumahnya.
“Ternyata rumahmau tak jauh dari rumahku,” ucap Nathan begitu sampai di rumah Hanna.
“Benarkah? Berarti kita memang ditakdirkan untuk berteman,” sahut Hanna.
“Lain waktu aku akan menemuimu, apa kau tidak keberatan?” tanya Nathan.
“Tentu saja.” jawab Hanna sebelum akhirnya masuk ke rumahnya dan Nathan pun pulang dengan perasaan yang bahagia.
Sore hari Nathan menghubungi Hanna melalui nomor telepon yang diberikan sesaat sebelum Hanna masuk ke rumah untuk mengajaknya ke suatu tempat.
“Bisakah kita jalan berdua?” kata Nathan.
“Baiklah, sore ini kau temui aku,” balas Hanna.
“30 menit lagi aku ke sana. Cepatlah kau bersiap-siap,” kata Nathan.
“Ok,” balas Hanna singkat. Begitulah isi percakapan singkat Nathan dan Hanna. Nathan tidak mengingkari janjinya, tepat 30 menit setelah percakapan selesai, ia sudah sampai di rumah Hanna dengan pakaian yang sangat rapi.
“Kau sudah datang ternyata,” ucap Hanna begitu keluar.
“Sesuai seperti ucapanku sebelumnya,” sahut Nathan.
“Mau kemana kita pergi?” tanya Hanna penasaran.
“Aku akan mengajakmu ke sebuah tempat yang sangat berkesan bagiku,” jawab Nathan.
“Kelihatannya menarik.” ucap Hanna.
Mereka pun pergi mengendarai mobil milik Nathan ke sebuah tempat yang belum diketahui oleh Hanna. Tak kurang dari 30 menit, mereka sampai di sebuah bukit yang penuh dengan bunga-bunga cantik dan pepohonan yang rindang. Tempat ini begitu sejuk, indah dan sunyi.
“Inikah tempat yang kau maksud?” tanya Hanna begitu melihat bukit dengan pemandangan yang sangat indah.
“Inilah tempat favoritku. Ketika ada waktu luang seperti sekarang aku selalu ke tempat ini hanya untuk bersantai sambil menghilangkan rasa bosan. Tempat ini memang jarang dilewati orang-orang, sehingga aku bisa merasakan kesunyian yang sulit dirasakan ketika berada di perkotaan,” jelas Nathan.
“Kau benar, aku juga merasa nyaman berada di tempat ini. Kau begitu menyenangkan,” ucap Hanna.
“Baguslah kalau kau suka. Jadi aku juga ikut merasa senang,” ucap Nathan sedikit bercanda.
“Maksudmu?” tanya Hanna tiba-tiba.
“Tidak apa-apa, aku hanya bercanda tadi.” jawab Nathan tersenyum.
Perbincangan mereka tentang tempat tersebut cukup lama sambil menikmati keindahannya. Mereka seperti sudah lama saling mengenal walau sebenarnya belum 24 jam mengenal. Ketika hari sudah petang, keduanya pun pulang. Nathan mengantarkan Hanna tepat di depan rumahnya.
“Sampai jumpa, kapan-kapan ajak aku ke tempat itu lagi,” ucap Hanna sambil melambaikan tangan.
“Baiklah, aku janji jika ada waktu luang, aku akan mengajakmu lagi.” balas Nathan kemudian mobilnya melaju meninggalkan Hanna.
Nathan dan Hanna semakin dekat hingga mereka memutuskan untuk menjadi sahabat karena sudah saling mempercayai satu sama lain. Karena hubungan yang sangat dekat itu, Nathan merasa nyaman dengan Hanna dan mulai menaruh hati padanya. Terhitung persahabatan mereka sudah berjalan 3 minggu. Mereka juga sering ke bukit yang sudah menjadi tempat favorit keduanya. Nathan yang mulai menyukai Hanna semakin yakin ingin cepat-cepat menyatakannya namun belum mendapat waktu yang tepat. Pagi ini pun ia terus memikirkan tentang perasaannya pada Hanna yang kemudian dituliskan dalam sebuah pesawat kertasnya dengan tulisan “Paper Plane Of Love” yang ditambah dengan sebuah ungkapan “Aku mencintai Hanna” di sampingnya, kemudian ia menerbangkannya.
Perasaan Nathan yang sangat yakin ini mendorongnya untuk menyatakan perasaannya sore ini, ia pun menghubungi Hanna untuk mengajak ke tempat favorit mereka.
“Apa kau ada waktu untuk menemani.......
#nantikan cerita selanjutnya

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © kearsipan - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -